Sudah lama aku mendengar tentang buah matoa,
buah khas daerah Papua. Katanya, rasanya manis legit, perpaduan rasa beberapa,
yakni durian, leci, kelengkeng, dan rambutan. Penasaran sekali ingin
mencicipinya, walau hanya secuil. Namun, tak pernah kesampaian. Di Jawa sulit
sekali mendapatkannya.
Hingga suatu ketika saat mudik ke Semarang
beberapa waktu lalu, tak kusangka, kakakku membawakan sekantung kresek kecil
buah matoa, hasil panen dari pohonnya sendiri. Wow! Buah matoa produksi
Semarang? Bisa juga ternyata. Memang bisa seharusnya. Dari
yang kubaca, matoa merupakan buah yang tumbuh di daerah tropis dengan curah
hujan yang tinggi.
Dok. Pribadi
Matoa pertamaku, kunikmati benar rasanya. Pas
sekali dengan gambaran yang kudapat. Rasanya manis legit, perpaduan buah-buahan
di atas. Saat matang, kulit buahnya berwarna hijau kecoklatan. Kulit buah akan pecah,
merekah dengan sendirinya, sehingga gampang dibuka. Daging buahnya kenyal,
berwarna putih, teksturnya seperti rambutan dan lecil. Dari hasil jelajah di dunia
maya, ternyata matoa mengandung banyak vitamin C. Jadi, menilik rasanya yang
unik dan kandungan vitamin C-nya yang banyak, pantas kiranya buah ini menjadi
buah favorit keluarga.
Catatan: tulisan ini pernah kumuat di Kompasiana/noniaf